Minggu, 31 Januari 2010

Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino

Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein.

Gambar 1. Struktur molekul asam amino
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat.
Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya.

Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya.
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein.
Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas piala, pipet tetes, pipet Mohr, kertas saring, corong, dan penangas air. Sementara bahan-bahan yang digunakan adalah albumin, gelatin, kasain, pepton, fenol, pereaksi millon, pereaksi Hopkins cole, pereaksi biuret, ninhidrin, H2SO4, NaOH, HNO3, CuSO4, HgCl2, AgNO3, (NH4)2SO4, HCl, Pb-asetat, etanol, asam asetat, dan buffer asetat pH 4,7.
Prosedur Percobaan
Uji Millon. Sebanyak 5 tetes pereaksi Millon ditambahkan ke dalam 3 mL larutan protein, dipanaskan. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Uji Hopkins-Cole. Sebanyak 2 mL larutan protein dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole dalam tabung reaksi. Ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga membentuk lapisan dari cairan. Didiamkan, setelah beberapa detik akan terbentuk cincin violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan, apabila positif mengandung triptofan. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, dan pepton 2%.
Uji Ninhidrin. Sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL larutan protein. Dipanaskan selama 10 menit, diamati perubahan warna yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 0.02%, gelatin 0.02%, kasein 0.02%, dan pepton 0.02%.
Uji belerang. Sebanyak 2 mL larutan protein ditambah 5 mL NaOH 10%, dipanaskan selama 5 menit. Kemudian ditambah 2 tetes larutan Pb-asetat 5%, pemanasan dilanjutkan, diamati warna yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 0.02%, gelatin 0.02%, kasein 0.02%, dan pepton 0.02%.
Uji Xanthoproteat. Sebanyak 2 mL larutan protein ditambahkan 1 mL HNO3 pekat, dicampur, kemudian dipanaskan, diamati timbulnya warna kuning tua. Didinginkan, ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa. Diamati perubahan yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Uji Biuret. Sebanyak 3 mL larutan protein ditambah 1 mL NaOH 10% dan dikocok. Ditambahkan 1-3 tetes larutan CuSO4 0.1%. Diamati timbulnya warna.
Pada pengendapan protein oleh logam, oleh garam, oleh alkohol, uji koagulasi dan denaturasi protein. Kedalam 3 ml albumin ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2%, percobaan diulangi dengan larutan Pb-asetat 5%, dan AgNO3 5%. Sepuluh ml larutan protein dijenuhkan dengan amonium sulfat yang ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk hingga mencapai titik jenuh dan disaring. Lalu diuji kelarutann-nya dengan ditambahkan air, untuk endapan diuji dengan pereaksi Millon dan filtrat dengan pereaksi biuret. Ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan protein, kemudian tabung tersebut diletakkan dalam air mendidih selama 5 menit. Lalu diambil endapan dengan batang pengaduk, untuk endapan diuji kelarutannya dengan air , sementara endapan dengan pereaksi Millon. Disiapkan 3 tabung reaksi, tabung pertama diisi campuran sebagai berikut ; 5 ml larutan albumin, 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Ke dalam tabung kedua dimasukkan5 ml larutan albumin, 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Ke dalam tabung ketiga 5 ml larutan albumin, 1 ml buffer asetat ph 4,7 dan 6 ml etanol 95%.
Pada percobaan denaturasi protein siapkan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi 9 ml larutan albumin dan 1ml HCl 0,1 M, tabung reaksi kedua 9 ml larutan albumin dan 1 ml NaOH 0,1 M dan kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan hanya 1 ml buffer asetat pH 4,7.
Data dan Hasil Pengamatan
Tabel 1. berbagai uji kualitatif pada beberapa larutan protein

Keterangan:
(-) = uji negative
(+) = uji positf (Millon: larutan berwarna merah, terbentuk garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi; Hopkins-Cole: terbentuk cincin violet, adanya triptofan; Ninhidrin: terbentuk warna biru, khusus untuk prolin dan hidroksiprolin berwarna kuning; Belerang: terbentuk garam PbS berwarna hitam; Xanthoproteat: terbentuk warna kuning tua, adanya gugus benzena; dan Biuret: terbentuk warna violet).
Tabel 2. Pengaruh penambahan logam berat pada albumin

Keterangan: (+) = terbentuk endapan
Tabel 3. Pengendapan protein oleh garam (NH4)2SO4

Tabel 4. Uji Koagulasi pada protein

Tabel 5. Pengendapan protein oleh alkohol

Keterangan:
• tabung I berisi 5 ml albumin, 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95 %
• tabung II berisi 5 ml albumin, 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%
• tabung III berisi 5 ml albumin, 1 ml buffer asetat pH 4,7 dan 6 ml etanol 95%
• (+): Terbentuk endapan
• (-): Tidak terbentuk endapan
Tabel 6. Denaturasi protein oleh penambahan berbagai senyawa

Keterangan:
• tabung I berisi 9 ml albumin, 1 ml HCl 0,1 M
• tabung II berisi 9 ml albumin, 1 ml NaOH 0,1 M
• tabung III berisi 1 ml buffer asetat pH 4,7
• (+): Terbentuk endapan
• (-): Tidak terbentuk endapan
Pembahasan
Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein.
Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan mem-bentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil per-cobaan, diketahui bahwa protein albumin dan kasein mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak. Fenol dalam hal ini di-gunakan sebagai bahan percobaan karena Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya. Di sini, uji terhadap fenol negatif, walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kesalahan praktikan dalam bekerja.
Pada uji Hopkins cole, uji positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, dan pepton, dengan ditunjukkan oleh adanya cincin berwarna ungu. Uji ini spesifik untuk protein yang mengandung Triptofan. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat sehngga membentuk cincin berwarna ungu.
Protein yang mengandng sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino. Pada uji ini, hanya kasein yang menunjukkan uji negatif terhadap ninhidrin. Hal ini disebabkan karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka.
Sistein dan Metionin merupakan asam amino yang mengandung atom S pada molekulnya.. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna kelabu, yaitu garam PbS. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS. Dari semua bahan yang diuji, hanya albumin yang membentuk endapan PbS, sehingga dapat disimpulkan albumin mengandung Sistein ataupun Metionin.
Inti benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan nitrobenzena. Fenilalanin, Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti benzena pada molekulnya juga mengalami reaksi dengan HNO3 pekat. Untuk perbandingan, dapat ditunjukkan oleh fenol yang bereaksi membentuk nitrobenzena. Hasil uji menunjukkan bahwa dari semua bahan, hanya kasein yang tidak mengandung asam amino yang mempunyai inti benzena pada molekulnya. Tetapi hal ini patut dipertanyakan, karena dari data-data yang diperoleh pada uji millon dan uji Hopkins cole, kasein mengandung tirosin dan triptofan. Salah satu alasan yang mungkin adalah karena kesalahan kerja praktikan dalam mengamati warna yang terbentuk selama reaksi.
Pada uji biuret, semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan Pb-asetat. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam.
Pada uji koagulasi, endapan albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat, bila direaksikan dengan pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi perrubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur tesier albumin ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air.
Pada uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung yang mengandung asam (ber-pH rendah) yang menunjukkan pengendapan protein. Pada protein, ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh adanya endapan yang terbentuk.
Protein akan terdenaturasi atau mengendap bila berada pada titik isolistriknya, yaitu pH dimana jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Pada uji denaturasi, protein yang dilarutkan dalam buffer asetat pH 4,7 menunjukkan adanya endapan. Protein yang dilarutkan dalam HCl maupun NaOH, keduanya tidak menunjukkan adanya pengendapan, namun setelah ditambahkan buffer asetat dengan volume berlebih, protein pun mengendap hal ini menunjukkan bahwa protein albumin mengendap pada titik isolistriknya, yaitu sekitar pH 4,7.
Kesimpulan
Protein dan asam amino memberikan reaksi yang bersifat khas, bukan hanya bagi gugus amino dan gugus karboksil bebas, tetapi juga bagi gugus R yang terkandung di dalamnya. Protein dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi lain seperti juga asam amino yang menjadi penyusunnya. Protein dapat mengendap atau terdenaturasi oleh logam berat, garam-garam anorganik, rusaknya struktur tersier dan kwartener, serta karena berada pada titik isolistriknya.
Karbohidrat pada Uji Kualitatif
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa)
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfunsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod.
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi
C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 + energi
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji
Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet mohr, pipet volumetrik, pipet tetes, penangas air, sentrifuse, spektrofotometer, tabung fermentasi,dan gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan adalah peraksi molish, asam sulfat, larutan glukosa, 1%, frutosa1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%, preasi Benedict preaksi barfoed, preaksi selliwanof, ragi roti, fosfomolibdat, larutan iod encer, gum arab, tpung agar-agar, tepung aren, tepung beras, larutan Na-wolframat 10%, larutan TCA, 10%, etanol absolute, etanol 95%, kristal NaCl, etil eter, larutan NaCl 0,2 M, larutan K2HPO4, larutan kurpritartrat, larutan fosfomolibdat, larutan standard glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml, enzim amylase, larutan glikogen, HCl, dan akuades.
Prosedur percobaan
Pada uji molisch, sebanyak 5ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati) di masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi molish , dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif.
Untuk uji Benedict, sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan selama 5 menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika terbentuk warna hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif.
Pada uji barfoed, sebanyak 1 ml pereaksi dan bahan percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit dan didinginkan, setelah itu masukkan 1 ml fosfomoliubdat , kocok dan amati warna yang tejadi, jika terbentuk warna biru setelah penambahan fosfomolibdat, maka reaksi positif.
Pada uji fermentasi, 20 ml larutan bahan percobaan dan 2gram ragi roti digerus sampai terbentuk suspensi yang homogen , kemudian suspensi diisikan ke dalam tabung fermentasi sampai bagian kaki tertutup dan terisi penuh oleh cairan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam fermentor pada suhu 370C, kemudian diamati setiap selang 20 menit sebanyak 3 kali pengamatan. Pada pengamatan terakhir, ruang gas pada kaki tabung diukur panjangnya.
Untuk uji salliwanof, 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna yang terjadi.
Pada uji osazon, ke dalam tabung reaksi di masukkan campuran fenil hidrazon Na-asetat kering lalu ditambahkan 5 ml larutan percobaan, dikocok dan dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit, kemudian dinginkan dan diperiksa endapan yang terbentuk di bawah mikroskop.
Pada uji iod, pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan dengan satu tetes iodium encer, dan dicampur merata.
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil uji molisch beberapa jenis karbohidrat

Tabel 2. Hasil uji benedict

Tabel 3. Hasil uji barfoed

Tabel 4. Hasil uji fermentasi

Tabel 5. Hasil uji selliwanof

Tabel 6. Hasil uji osazon

Tabel 7. Hasil uji iod

Pembahasan
Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah karbohidrat. Pereaksi molisch membentuk cincin yaitu pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu hal ini menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk mem-buktikan adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakaida pada larutan karbohidrat.
Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan.
Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Pada tabel 3. terlihat bahwa monosakarida menunjukkan kereaktifan yang lebih besar daripada disakarida maupun polisakarida. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa uji barfoed digunakan untuk membedakan reaktifita antara monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Pada uji fermentasi, gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida, khususnya glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari disakarida ataupun polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga kemampuan ragi untuk mencerna , mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan karbon dioksida lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama.
Pembentukan 4-hidroksimetil furfural ini terjadi pada reaksi antara fruktosa, sukrosa, laktosa dan pati yang mendasari uji selliwanof ini. Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof menghasilkan senyawa berwarna jingga. Reaksi ini mestinya tidak terjadi pada pati dan laktosa, karena pati tersusun dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-a-glikosida, sedangkan laktosa tersusun darigalaktosa dan glukosa yang keduanya merupakan aldosa. Salah satu alasan yang menyebabkan terjadinya reaksi antara pereaksi selliwanof dengan pati dan laktosa adalah terkontaminasinya kedua karbohidrat ini oleh ketosa.
Pembentukkan osazon pada uji osazon terlihat dengan adanya endapan yang terjadi. Endapan ini spesifik bagi setiap jenis karbohidrat, baik monosakarida, oligosakarida, maupun polisakarida. Gambar 1. (data hilang) menunjuk-kan bentuk endapan yang spesifik bagi berbagai macam karbohidrat. Dari hasil pecobaan, dapat dinyatakan bahwa uji osazon digunakan untuk mengidentifikasi monosakarida , disakarida, dan sebagian polisakarida. Dari hasil peng-amatan dibawah mikroskop, didapatkan gambar penampang yang berbeda-beda, hal ini karena masing-masing bahan memiliki rantai hidrokarbon yang berbeda-beda pula, ada yang rantai hidrokarbonya lurus dan ada pula yang bercabang.
Pada uji iod, terlihat pada tabel.7 hanya pati lah yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan dengan iodium. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks ter-sebut.
Kesimpulan
Uji molisch digunakan untuk menentukan karbohidrat secara umum, uji benedict digunakan untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat. Uji barfoed digunakan untuk mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan polisakarida. Uji selliwanof digunakan untuk menentukan karbohidrat jenis ketosa. Uji fermentasi yang menggunakan ragi dapat mencerna dan merubah karbohidrat menjadi etil alkohol dan gas karbondioksida. Uji osazon digunakan untuk mengamati perbedaan yang spesifik bagi tiap karbohidrat melalui penampang endapan yang dihasilkannya. Pada uji iod, hanya pati lah yang dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium.
Kandungan Nutrisi Buah-Buahan – Tentang Vitamin
Vitamin yang dapat disimpan tubuh kita dalam jumlah banyak, yakni:
- Vitamin A, D, E dan B12 dapat disimpan dalam tubuh dalam jangka waktu yang cukup lama.
- Simpanan ini melindungi tubuh dari kekurangan jangka pendek. Vitamin D, diperoleh dari sinar surya yang mengenai kulit tubuh pada musim panas yang menyediakan pasokannya pada musim dingin.
- Tubuh dapat mengatur penyimpanan ini namun bila kita mengkonsumsi produk hewani bahkan dalam tingkat moderat sekalipun akan terjadi kelebihan vitamin A, dan juga tidak akan menyebabkan kelebihan vitamin D dari sinar surya.
- Pada negara berkembang, kekurangan lemak – pelarut vitamin A, D, E, (dan K, yang disimpan sedikit sekali dalam tubuh) lebih disebabkan oleh pola pemilihan makanan yang buruk, dan kekurangan vitamin D lebih disebabkan oleh jarang keluar rumah untuk mendapatkan sinar surya.
- Sebagian orang sangat beresiko karena tubuh mereka sulit menyerap lemak, karena penyakit atau efek samping dari obat-obatan, seperti obat penurun kolesterol atau penggunaan rutin laksatif.
- Karena dibiarkan dalam udara terbuka dalam jangka waktu lama, dan suhu tinggi selama pemasakan, sebagian vitamin A dan vitamin E dalam makanan hilang.
- Lemak – yang melarutkan vitamin tidak perlu berasal dari makanan berkadar lemak tinggi, ada banyak makanan ber-kadar lemak rendah yang baik untuk melarutkan vitamin.
- Vitamin yang hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit oleh tubuh kita
- Vitamin B kompleks dan vitamin C dan K disimpan sedikt sekali oleh tubuh, jadi masukan setiap hari adalah penting, meskipun tubuh dapat memproduksi vitamin K sebanyak mungkin jika memang dibutuhkan.
- Kontak dengan air dapat mencuci vitamin ini dari makanan, misalnya dalam proses pengalengan, peren-daman atau ketika dimasak dengan air dalam jumlah besar.
- Penggilingan makanan, ekspos udara dan sinar dari permukaan yang terkelupas, dan pemanasan yang lama adalah penyebab utama kehilangan vitamin ini.
- Resiko defisiensi (kekurangan) vitamin ini jauh lebih tinggi bagi orang yang mengandalkan makanan yang diproses atau dimasak lama/ berlebihan. Pola pemilihan makanan yang buruk dan beberapa jenis obat-obatan juga menyebabkan hal ini.
- Saat menderita penyakit atau stress, tubuh kita dapat memperoleh keuntungan dengan tingkat konsumsi yang tinggi atas vitamin yang sedikit kita simpan ini.
- Karena vitamin-vitamin B mempunyai berbagai fungsi yang saling terkait, pengkonsumsian supplemen ber-implikasi pada pengkonsumsian semua jenis vitamin-vitamin B kompleks tersebut.
Mineral
- Ada sekitar 15 mineral yang diketahui esensial (penting,vital) bagi kesehatan manusia, sebagian mineral lainnya masih dalam penyelidikan.
- Kuantitas eksak/pasti dari mineral yang kita butuhkan tidak mudah didefinisikan, sebab kuantitas dari hampir semua mineral yang kita serap sangat bervariasi, ter-gantung pada jenis makanan yang kita makan.
- Kita kurang efisien menyerap beberapa mineral dari makanan berkadar serat tinggi-khususnya jika makanan tersebut juga mengandung asam fitik (phytic acid). Hal ini tidak berarti kita harus menghindari serat tapi kita harus menghindari makanan yang seratnya berlebihan.
- Beberapa mineral dapat berbahaya bahkan dalam jumlah yang sedikit saja lebihnya. Misalnya besi, nampaknya lebih baik dalam jumlah yang rendah daripada jumah tinggi, sebab jumlah besi yang tinggi beresiko pada kativitas pro-oksidan, yang akan merangsang pembentukan radikal bebas.
- Kuantitas sebuah jenis mineral yang tinggi akan mengurangi kemampuan tubuh dalam menyerap kuantitas mineral lainnya. Memperoleh mineral dari makanan, daripada dari supplemen yang berkadar tinggi, dapat mencegah hal ini.
- Kandungan mineral dalam makanan alami menurun, hal ini disebabkan oleh hilangnya mineral dari lapisan tanah secara bertahap karena peternakan berlebihan, hal ini dapat diperbaiki bila tinja yang bermineral tinggi (sebagai akibat konsumsi tumbuhan/ rumput yang menyerap mineral di lapisan tanah tersebut) ditambahkan ke lapisan atas tanah tersebut.
- Kebutuhan mineral ekstra ini tidak dibutuhkan bagi pertanian/ perkebunan (yang tidak dicampur dengan usaha peternakan) yang menguntungkan kesehatan kita sehingga tidak perlu ada tambahan biaya bagi petani untuk mengatasi berkurangnya mineral ini.
- Mineral esensial dari makanan, hilang selama penggilingan makanan untuk membuat tepung beras putih, tepung gandum putih dan gula pasir. Kalsium, besi dan vitamin B ditambahkan kembali ke dalam sereal (tepung beras/ tepung gandum) tersebut untuk memenuhi kebutuhan nutrisi minimum dan di beri label “enriched (diperkaya)” atau “added (ditambahkan)” vitamin dan mineral agar laku dijual.
- Kebutuhan mineral kita meningkat – karena mineral beracun memasuki tubuh kita (dan hal ini sulit kita cegah) melalui makanan yang tercemar, udara yang tercemar, dan air yang tercemar sehingga kita membutuhkan mineral dalam kuantitas secukupnya untuk melindungi diri kita.
Antioksidan
- Oksigen adalah basis kehidupan semua tumbuhan dan hewan. Oksigen adalah nutrisi yang sangat kita butuhkan, dibutuhkan oleh setiap sel, tanpa oksigen kita tidak dapat melepaskan energi dari makanan dimana energi itulah yang menggerakkan seluruh proses tubuh.
- Oksigen secara kimia sangat reaktif dan sangat berbahaya. dalam reaksi biokimia normal, oksigen dapat menjadi sangat tidak stabil dan mampu “mengoksidasi molekul tetangga”, mengarah pada kerusakan sel, yang memicu kanker, radang, kerusakan pembuluh nadi dan penuaan.
- Dikenal sebagai free oxidising radicals (oksidasi radikal bebas), limbah tubuh ini perlu dilumpuhkan untuk mencegah bahaya.
- Free radicals (radikal bebas) dihasilkan melalui semua proses pembakaran termasuk merokok, pembakaran bahan bakar minyak, radiasi, mengeringkan atau memanggang makanan, dan proses (pembakaran) tubuh yang normal.
- Bahan kimia yang mampu melumpuhkan radikal bebas disebut antioksidan. Pemain utamanya adalah vitamin A, C dan E serta beta karoten (beta-carotene), pendahulu (pre-cursor) vitamin A yang ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran.
- Bioflavonoid anto sianadin, piknogenol dan beratus-ratus antioksidan lain, secara literatur, menjadi penyeimbang antara kehidupan dan kematian.

Antioksidan dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyakit
- Pola makan rendah kalori dan tinggi antioksidan adalah cara terbaik memperlambat proses penuaan.
- Resiko kematian secara substansial berkurang untuk mereka yang tinggi tingkat antioksidan dalam darah atau untuk mereka yang tinggi masukan pola makan sehatnya.
- Tingkat vitamin A dan vitamin E yang rendah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
- Kaum jompo dengan tingkat vitamin C yang rendah di dalam darah mereka lebih beresiko terkena katarak dibandingkan dengan mereka yang mempunyai tingkat vitamin C tinggi.
- Vitamin E yang rendah dalam darah melipatgandakan resiko terkena katarak.
- Tingkat vitamin A yang rendah terkait dengan orang yang mengidap kanker paru-paru.
- Sebuah pasokan tinggi beta karoten dari buah-buahan mentah dan sayur-sayuran mentah mengurangi resiko kanker paru-paru bagi pria dan wanita bukan perokok.
- Antioksidan membantu meningkatkan sistem imunitas (kekebalan tubuh) dan meningkatkan resistensi (daya tangkal) terhadap infeksi.
- Antioksidan terbukti mengurangi gejala AIDS, dan kadang memulihkan kondisi tubuh darinya.
- Antioksidan meningkatkan kesuburan, mengurangi radang sendi dan berperan penting dalam memulihkan berbagai kondisi temasuk pilek dan gejala kelelahan kronis.
- Keseimbangan antara pasokan radikal bebas yang berbahaya dan masukan antioksidan pelindung dapat membebaskan kita dari berbagai penyakit.
- Masalah kesehatan dapat dikenali ketika gejala dini mulai terlihat seperti infeksi berulangkali, sulit mengatasi infeksi, mudah memar, penyembuhan luka luar yang lambat,kulit yang makin tipis atau terlalu banyak kerutan untuk orang seumur anda.
- Cara terbaik untuk menentukan status antioksidan adalah melakukan uji darah untuk menentukan profil antioksidan secara biokimiawi.
- Uji darah ini akan mengukur tingkat beta karoten, vitamin C dan E dalam darah dan menentukan seberapa baik sistem antioksidan berfungsi.
Antioksidan – makanan terbaik
- Setiap tahun semakin banyak antioksidan yang ditemukan dari alam, termasuk substansi yang terkandung dalam berry, anggur, dan tomat.
- Vitamin A, C dan E dan pendahulu vitamin A, beta karoten adalah vitamin antioksidan esensial yang utama.
- Beta karoten ditemukan dalam sayuran berwarna merah /orange/kuning dan buah-buahan yang dimakan mentah, panas, dan merusak beta karoten dengan cepat.
- Vitamin E ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian dan minyak dari kacang-kacangan/ biji-bijian.
- Semangka juga sangat mengagumkan. Buahnya tinggi beta karoten dan vitamin C, sedangkan bijinya tinggi vitamin E dan mineral antioksidan yaitu seng dan selenium.
- Keberadaan antioksidan non esensial ditemukan pada hampir semua jenis buah-buahan dan sayur-sayuran.
- Antosianidin dan proantosianidin – secara khusus dan berlimpah terkandung dalam berry dan anggur, yang dikenal reputasinya dalam melawan encok dan beberapa tipe radang sendi.
- Bioflavonoid (biofalvonoids) mempunyai banyak peranan yang menguntungkan.
- Bioflavonoid bertindak sebagai oksidan potensial.
- Bioflavonoid mengikat logam-logam beracun dan mengeluarkannya dari tubuh. mereka mempunyai dampak sinergis atas vitamin C, manstabilkan vitamin C dalam organ tubuh manusia.
- Bioflavonoid memiliki bakteriostatik (bacteriostatic) dan/ atau efek antibiotik, yang bermanfaat bagi anti infeksi.
- Bioflavonoid adalah anti-karsinogen
- Bioflavonoid diterapkan untuk penyembuhan kerapuhan pembuluh darah kapiler, gusi berdarah, varises (varicose beins), haemoroid, memar-memar, terkilir dan, thrombosis. Bioflavonoid juga meliputi rutin dan hesperidin, ditemukan khusunya dalam berbagai varietas buah jeruk (citrus fruit). Sumber Bioflavonoid: varietas buah jeruk, berry, cherry, anggur pepaya, melon kantalo, prem (plums), dan tomat.
- Kumarin (Coumarins) dna asam klorogenik – substansi ini mencegah formasi (pembentukan) penyebab kanker. nitrosamin (nitrosamines). dan ditemukan dalam berbagai varietas buah-buahan dan sayur-sayuran. Sumber: tomat, nanas, dan strawberry.
- Asam Elagik (Ellagic acid) – menetralkan karsinogen sebelum karisinogen merusak DNA. Sumber: strawberry, anggur dan raspberry.
- Pitoestrogen (Phytoestrogens) berperan sebagai pelindung dengan mengikat kelebihan estrogen (baik estrogen yang dibuat tubuh, ataupun estrogen yang ber-asal dari lingkungan melalui pestisida, plastik dan sumber estrogen lain seperti bahan kimai), menjadi sejenis protein dalam darah. Aksi ini mengurangi jumlah estrogen yang tersedia dalam jaringan tubuh yang peka terhadap estrogen. Sumber: berbagai varietas buah jeruk (citrus fruits).
- Zat gizi/ nutrien peningkat imunitas (Immune – boosting nutrients)
- Kekuatan imunitas (=kekebalan tubuh) secara menyeluruh tergantung pada pasokan vitamin dan mineral yang optimal.
- Defisiensi (kekurangan) vitaminA, B1, B2, B6, B12, asam folik (folic acid), C, dan E mengurangi imunitas, sebagaimana halnya kekurangan besi, seng, magnesium dan selenium.
- Vitamin B1, B2, dan B5 mempunyai dampak peningkatan imunitas yang lebih lembut/ ringan disbanding-kan dengan vitamin B6.
- Produksi antibodi, yang sangat penting untuk setiap infeksi, tergantung pada B6, yang berfungsi sebagai sel T (T-cell).
- B12 dan asam folik (folic acid) dibutuhkan untuk produksi sel-sel imunitas baru dalam tempo singkat untuk menghadapi sel-sel musuh.
- Imunitas dapat ditingkatkan dengan sangat efektif dengan kombinasi nutrien.
- Selenium, besi, mangan, tembaga dan seng dikaitkan dengan antioksidasi dan telah terbukti mempengaruhi daya imunitas secara positif. Yang paling penting adalah selenium dan seng.

VITAMIN DAN MINERAL SEBAGAI ZAT ANTI KANKER
Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh kita. Zat gizi ini harus didatangkan dari makanan & minuman kita karena secara umum tidak dapat dibuat oleh tubuh kita. Berbagai uji menunjukkan manfaat vitamin & mineral bagi kesehatan tubuh kita termasuk untuk meredam timbulnya kanker.
Betakaroten, vitamin C, vitamin E dan selenium dikenal sebagai zat antioksidan yang dapat merangsang sistem imun tubuh untuk melawan radikal bebas yang membentuk karsinogen (substansi yang dapat menimbulkan kanker), ter-masuk menghalangi rusaknya sel normal lainnya. Pada binatang percobaan terbukti bahwa zat antioksidan tersebut dapat menghambat kerusakan kromoson, tahap promosi tumor, transformasi sel dan rangsangan terbentuknya kanker secara kimia atau radiasi.
Vitamin Anti Kanker
Vitamin A (beta karotin). Sebuah studi yang mengawasi 8.000 laki-laki selama 5 tahun, memperlihatkan mereka yang mengkonsumsi rendah β-karotin memiliki resiko terbesar terkena kanker paru. Studi lainnya terhadap 2.000 laki-laki, memperlihatkan perokok yang mengkonsumsi rendah β-karotin mempunyai resiko beberapa kali lebih tinggi terkena kanker paru dibanding perokok dengan tingkat konsumsi β-karotin yang tinggi. Studi-studi lain memperlihatkan efek anti kanker β-karotin pada beragam kanker seperti pada kandung kemih, larynk, esofagus (kerongkongan), perut, kolon/rektum, dan prostat. Studi yang menggunakan kultur sel memperlihatkan keganasan sel kanker dapat dihambat dengan pemberian provitamin A pada kultur sel yang dikenai radiasi/bahan kimia/virus pemicu kanker.
Vitamin C (asam askorbat). Beberapa studi menyarankan bahwa kejadian kanker lambung yang sering tercatat di Jepang mungkin terkait dengan diet tinggi substansi penyebab kanker dan kurangnya vitamin C. Asam askorbat dapat mencegah berbagai substansi penyebab kanker, terutama nitrosamine, di dalam tubuh. Vitamin C, sesung-guhnya, sekarang ditambahkan pada beberapa makanan seperti pada produk olahan daging untuk mencegah pem-bentukan nitrosamine bahkan sebelum ia memasuki tubuh kita. Vitamin ini juga digunakan untuk meredam kejadian kanker lainnya seperti kanker darah (leukimia), kanker esofagus, kanker cervik (mulut rahim), dll.
Vitamin D (cholecalciferol). Suplemen vitamin D dalam bentuk aktifnya (1,25-hidroksi) dapat menghambat peng-gandaan sel kanker. Studi di University of California, San Diego (1985), memperlihatkan bahwa kekurangan vitamin D dan kalsium berperan terhadap terjadinya kanker colorectal. Bentuk aktif vitamin dalam tabung percobaan mempunyai sifat antikanker, menghambat pertumbuhan sel leukimia, sel kanker payudara, sel melanoma berat, sel limfoma, sel kanker kolon. Pada tikus juga dapat meng-hambat senyawa kimia penyebab kanker.
Vitamin E (dl-alpha tocopherol). Vitamin E meningkatkan kemampuan Selenium dalam menghambat kanker payu-dara pada hewan percobaan. Pada manusia, vitamin E dapat menghambat kondisi awal kanker payudara. Seperti halnya pada beta karotin, kekurangan vitamin E berkaitan erat dengan tingginya resiko kanker paru. Pada hewan (hamster), yang tidak diberi vitamin E dan dipaparkan zat karsinogenik (zat penyebab kanker) dalam tubuhnya berkembang kanker, berbeda dengan yang diberi vitamin E. Vitamin E melindungi efek samping merugikan akibat terapi radiasi dan kurangi toksisitas akibat kemoterapi pada hewan percobaan.
Vitamin K (phyto menadione). Vitamin K mampu meng-hambat beragam tumor pada manusia secara in vitro (didalam tabung percobaan). Jenis tumor meliputi payu-dara, kolon, perut, ginjal dan paru.
Vitamin B2 (riboflavin). Kekurangan vitamin B2 dihubung-kan dengan kanker esofagus di beberapa daerah di dunia. Sebuah studi menandai bahwa suplementasi vitamin B2 meng-urangi jumlah sel-sel yang kemungkinan merupakan sel-sel prakanker di dalam esofagus.
Vitamin B3 (niasin). Niasin yang sengaja ditambahkan, dilaporkan juga dapat mencegah kanker. Vitamin ini biasanya diberikan pula pada penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi, untuk mengurangi efek toksis (peracunan) dari kemoterapi itu sendiri. Vitamin ini juga digunakan untuk mendetoksifikasi polutan, alkohol dan narkotika. Vitamin B6 (pyridoxine). Vitamin B6 telah ditemukan dapat menghambat pertumbuhan sejumlah sel-sel kanker dari jenis yang berbeda di laboratorium. Tikus yang diberi vitamin B6 (dalam bentuk pyridoxal) dan kemudian diinjeksi dengan sel-sel melanoma memiliki lebih dari dua kali lipat pengurangan pertumbuhan tumor dibandingkan dengan tikus yang tidak mendapatkan vitamin ini.
Asam Folat (Folic Acid). Menurut beberapa penelitian, wanita penderita kanker serviks (mulut rahim) kadar asam folat dalam darahnya rendah. Dengan suplementasi asam folat, perubahan abnormal sel-sel mulut rahim (cervical dysplasis), yang dapat menyebabkan kanker mulut rahim dapat dicegah.
Vitamin B12 (cyanocobalamin). Vitamin ini melindungi dari kanker, terutama kanker yang dipicu oleh merokok. Untuk menguji hipotesa ini, para peneliti mempelajari 73 pria yang merokok satu bungkus sehari selama paling sedikit 20 tahun. Semua memiliki perubahan pra-kanker yang potensial dalam jaringan bronchialnya, tapi tidak ada satupun yang sudah berkembang menjadi kanker. Mereka kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok menerima 10 mg asam folat dan 500 µg vitamin B12 tiap hari, kelompok lainnya menerima plasebo (pil bohongan). Hanya setelah 4 bulan, efek dari kombinasi asam folat dan vitamin B12 mulai terlihat nyata. Kelompok yang menerima vitamin secara signifikan memiliki lebih sedikit sel-sel yang diklasifikasikan sebagai potensial pra-kanker.
Mineral Anti Kanker
Kalsium (Ca). Sebagai salah satu golongan mineral yang berperan dalam proses perkembangbiakan (proliferasi) sel pada lapisan mukosa kolon manusia, karena masuknya kalsium yang cukup tinggi dapat mengurangi resiko terkena kanker kolon. Studi selama 19 tahun pada pria kulit putih di Chichago, dan juga studi epidemiologi di 4 daerah di Skandinavia menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dan kalsium pada diet mereka berkaitan erat dengan terjadinya kanker kolon. Mereka yang mengkonsumsi susu 1½ gelas/hari mempunyai resiko terkena kanker tersebut 3x lipat dibanding mereka yang mengkonsumsi susu 4½ gelas/hari. Mereka yang berasal dari keluarga dengan kanker kolon, diberikan suplementasi kalsium 1250 mg/hari, setelah 2-3 bulan suplementasi, ketidaknormalan pembelahan selnya berkurang hingga ke kondisi normal.
Magnesium (Mg). Penelitian yang pernah dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan, kekurangan magnesium (Mg) pada diet hewan percobaan dapat meningkatkan perkembangan terjadinya kanker tenggorokan dan kanker kulit luar.
Seng (Zn). Para ahli meyakini bahwa seng memberikan perlindungan dalam melawan penyakit kanker prostat. Pasien dengan kanker esofagus (tenggorokan), bronco-genik, dan prostat memiliki kadar seng yang sangat rendah. Kekurangan seng pada tikus berkaitan erat dengan peningkatan jumlah senyawa kimia pemicu kanker esofagus dan laporan lain menyebutkan penambahan seng pada hamster dan tikus dalam dietnya menghambat senyawa kimia pemicu kanker. Tubuh dengan sistem kekebalan yang sehat (antara lain ditandai dengan asupan seng yang cukup) tidak diragukan lagi mampu melindungi dari serangan kanker. Seng juga memiliki sifat antagonis (menghambat) dengan cadmium, logam berat yang dapat menimbulkan kanker.
Selenium (Se). Sebagai antioksidan yang Melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel pemicu terjadinya kanker, jaringan dan penyakit degeneratif. Pada tabung percobaan menghambat pertumbuhan sel kanker dan efisiensi perbaikan DNA akibat kanker.
Molybdenum (Mb). Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi molybdenum pada tikus dapat melindungi tikus dari senyawa kimia penyebab kanker. Penelitian epidemiologis juga menunjukkan bahwa penduduk Lian Xian, Honan, Cina Utara banyak yang menderita kanker esofagus (tertinggi didunia), karena tanah mereka miskin molybdenum. Dalam tanaman, Molybdenum dapat men-cegah nitrat (yang merupakan nutrisi bagi tanaman) berubah menjadi nitrosamin (substansi penyebab kanker).
Kalium (K). Dokter Max Gerson, ahli terapi alternatif kanker mengemukakan bahwa diet rendah kalium tinggi natrium membuat sel sakit. Sel sakit tidak dapat menghasilkan sejumlah energi penting yang dibutuhkan tubuh dan mengakibatkan banyak kesakitan termasuk kanker.
Silica (Si). Peneliti bernama F. Goldstein menemukan rendahnya kasus kematian akibat kanker di sebuah kota kecil di Jerman (Daun County) terkait dengan adanya asupan silica yang diperoleh dari sumber mata air di kota tersebut yang mengandung silica sebesar 80 mg/L.
Dapatkan manfaat vitamin & mineral didalam Daily Vita Plus dan Mega Minerals Plus. Bentuknya yang cair alami, mudah diserap, lengkap dan seimbang menjamin tersedianya kebutuhan akan zat gizi penting tersebut.

Selengkapnya,..